Human Relation : Strategi Menghindari Stress

Catatanku Bersama Ibu Serepina Tiur Maida, S.Sos., M.Pd., M.I.Kom menjelang UAS
Ika Fityan Maulana / 183124350070012 / Fakultas Ilmu Komunikasi / Universitas Mpu Tantular

...

Definisi Stres

Menurut McGrath dalam Weinberg dan Gould (2003 : 81), stress didefinisikan sebagai “a substantial imbalance between demand (physical and/or psychological) and response capability, under conditions where failure to meet that demand has importance consequences”. Artinya, stres akan muncul pada individu bila ada ketidakseimbangan atau kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Belum tentu semua individu yang mengalami ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan tersebut akan menjadikannya stres. Suatu stimulus yang sama akan direspons secara berlainan oleh individu yang berbeda. Artinya, tidak semua stimulus akan direspons menjadi stres oleh semua individu. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan setiap individu dalam mensikapi setiap situasi, kemampuan meredam stimulus, dan pengalaman hidupnya. Selain itu, tingkat kepekaan (sensitivitas) dan daya toleransi individu terhadap stimulus yang dapat menimbulkan stres juga ikut berpengaruh. Pada dasarnya setiap individu memiliki ambang rangsang terhadap stres yang berbeda-beda dalam setiap situasi. Suatu stimulus pada saat tertentu akan menimbulkan stres, tetapi pada situasi yang berbeda tidak menimbulkan stres.

Selain itu secara garis besar ada empat pandangan mengenai stres, yaitu : stres merupakan stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan, dan stres sebagai hubungan antara individu dengan stressor.

a) Stres Sebagai Stimulus

Menurut konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada dalam lingkungan (environment). Individu mengalami stres bila dirinya menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Dalam konsep ini stres merupakan variable bebas sedangkan individu merupakan variabel terikat. Secara visual konsepsi ini dapat digambarkan sebagai berikut


Stress sebagai stimulus dapat dicontohkan: lingkungan sekitar yang penuh persaingan, misalnya di terminal dan stasiun kereta api menjelang lebaran. Mereka yang ada di lingkungan tersebut, baik itu calon penumpang, awak bus atau kereta api, para petugas, sulit untuk menghindar dari situasi yang menegangkan (stressor) tersebut. Hal serupa juga dapat diamati pada lingkungan di mana terjadi bencana alam atau musibah lainnya, misalnya banjir, gunung meletus, ledakan bom di tengah keramaian dan sebagainya.

b) Stres Sebagai Respon

Konsepsi kedua mengenai stres menyatakan bahwa stres merupakan respon atau reaksi individu terhadap stressor. Dalam konteks ini stres merupakan variable tergantung (dependen variable) sedangkan stressor merupakan variable bebas atau independent variable. Berdasarkan pandangan dari Sutherland dan Cooper, Bart Smet menyajikan konsepsi stres sebagai respon sebagai berikut


 

Respon individu terhadap stressor memiliki dua komponen, yaitu: komponen psikologis, misalnya terkejut, cemas, malu, panik, nerveus, dst. dan komponen fisiologis, misalnya denyut nadi menjadi lebih cepat, perut mual, mulut kering, banyak keluar keringat. Respon - respons psikologis dan fisiologis terhadap stressor disebut strain atau ketegangan.

c) Stres Sebagai Interaksi Antara Individu Dengan Lingkungan

Menurut pandangan ketiga, stress sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan. Interaksi antara manusia dan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional. Dalam konteks stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan, stres tidak dipandang sebagai stimulus maupun sebagai respon saja, tetapi juga suatu proses di mana individu juga merupakan pengantara (agent) yang aktif, yang dapat mempengaruhi stressor melalui strategi perilaku kognitif dan emosional

 

 



Konsep stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3 menggambarkan reaksi individu terhadap stressor yang sama, ternyata bisa berbeda dan gambar 4 menggambarkan reaksi beberapa individu terhadap stressor yang sama, ternyata juga bisa berbeda-beda.

d) Stres Sebagai Hubungan Antara Individu Dengan Stressor

Stres bukan hanya dapat terjadi karena faktor-faktor yang ada di lingkungan. Bahwa stressor juga bisa berupa faktor-faktor yang ada dalam diri individu, misalnya penyakit jasmani yang dideritanya, konflik internal, dst. Oleh sebab itu lebih tepat bila stres dipandang sebagai hubungan antara individu dengan stressor, baik stressor internal maupun eksternal. Menurut Maramis, stress dapat terjadi karena frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis.



Konsep yang menyatakan bahwa stress merupakan hubungan antara individu dengan stressor dapat diperjelas dengan visualisasi dengan bagan berikut ini

Faktor Yang Mempengaruhi Stres

Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut stressor, begitupula dengan stress, seseorang bisa terkena stres karena menemui banyak masalah dalam kehidupannya. Seperti yang telah diungkapkan di atas, stres dipicu oleh stressor. Tentunya stressor tersebut berasal dari berbagai sumber. Beberapa ahli medis dan psikologi memberikan pernyataan penelitiannya berkaitan dengan penyebab stres, antara lain :

1. Faktor Biologis

Salah satu sudut pandang biologis adalah somatic weakness model. Model ini memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan psikofisiologis terkait dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti misalnya genetik ataupun penyakit yang sebelumnya pernah diderita membuat suatu organ tertentu menjadi lebih lemah daripada organ lainnya, hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami kerusakan ketika individu tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit .

Selain itu faktor genetik fisik, seperti riwayat hidup, pola tidur, pola makan, kelelahan, penyakit yang sedang diderita dan bentuk postur tubuh. Orang yang mengalami insomnia, cenderung mengalami stress, mengingat jam istirahat yang minim berakibat mempengaruhi siklus kehidupan dan siklus hormon tubuh, Maka dokter seringkali memberikan rekomendasi bagi yang mengalami insomnia adalah diberikan obat tidur, dengan tujuan memiliki jam istirahat yang cukup.

2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis seperti negative thinking, sikap permusuhan, iri hati, dendam, frustrasi, kegagalan, kekecewaan, dan sejenisnya dapat menjadi stresor psikologis pada sebagian individu. stressor psikologis dapat juga meliputi faktor persepsi, perasaan dan emosi, situasi, pengalaman hidup, keputusan hidup dan perilaku.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan bermasyarakat sebagai bagian dari makhluk sosial akan menjadi pemicu stress. Lingkungan fisik akan berdampak positif dan negatif bagi individu. Lingkungan masyarakat dengan pola kehidupan kasar (konsumsi alkohol, kata kotor, kata kasar, perkelahian, pencurian) akan memberikan dampak negatif bagi lingkungannya. Lingkungan sosial yang berdampak bisa dirasakan dari pertemanan lingkungan tempat tinggal, sekolah, rekan kerja dan kesamaan hobi.

Usaha-usaha Mengatasi Stres

Untukmengurangi stress yang munculdalam diri setiap individu, yang pertama dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya stres. Dengan mengetahui penyebabnya, akan mempermudah dalam menentukan cara mengurangi stres yang muncul pada diri individu.

1. Asupan makanan dipercaya mampu memperkecil tingkat stres. Gizi yang sehat akan menghasilkan tubuh yang sehat dan tentunya memiliki otak yang sehat pula.

2. Olahraga. Olahraga diyakini secara efektif memberikan rangsangan rileks dan mempengaruhi kadar endorphin untuk menghilangkan rasa sakit sehingga menimbulkan rasa senang.

3. Banyak berinteraksi dengan orang lain. Pada masa saat ini menjadikan manusia untuk lebih sering menghabiskan waktu dengan gadgetnya, maka untuk menghindari stres disarankan untuk banyak berinteraksi sosial karena manusia adalah makhluk sosial, namun tetap penggunaan gadget harus dengan bijak dan waktu yang cukup, terlalu sering menggunakan gadget juga dapat menimbulkan penyakit dan stres.

4. Berdamai dengan diri sendiri dan lingkungan. Karena diri kita sendirilah pemegang control maka kita sendirilah yang memutuskan untuk terlibat dalam lingkungan yang positif atau masuk dalam lingkungan yang negatif.

5. Tawa dan sukacita. Seperti memilih tontonan yang lucu dan komedi, pilihlah percakapan yang berkualitas dengan teman-teman, menghabiskan waktu dengan orang- orang tersayang seperti keluarga dan kekasih.

6. Refreshing. Refreshing bisa dilakukan dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan tipe individu, resfreshing bisa dengan berpergian ke tempat-tempat wisata yang indah, mendengarkan musik relaksasi dan lain-lain.

7. Melakukan kegiatan hobi. Hobi diperuntukkan untuk dapat mengalihkan sejenak dari permasalahan yang menyebabkan stres, dengan hobi kita dapat dialihkan ke arah yang positif dan menyenangkan.

8. Kegiatan keagamaan. Dengan beribadah dapat memberikan kesejukan hati,meneduhkan pikiran dan solusi dari masalah-masalah yang ada yang menyebabkan stres.

 


Berikut juga cara mengatasi stres dan mencapai jiwa yang sehat yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


DAFTAR PUSTAKA


Amelia, Reski. 2020. Faktor Stres & Cara Mengatasi. Jakarta : Pustaka Taman Ilmu. Diakses melalui aplikasi iPusnas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Budi, Hengki Irawan Setia. 2020. Manajemen Konflik Mengelola Marah & Stres Secara Bijak. Yogyakarta : Deepublish. Diakses melalui aplikasi iPusnas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Musradinur. 2016. Stres dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Psikologi. 2(2). 187 – 192. Diakses pada tanggal 30 Juli 2021 pukul 18. 44 melalui PDF.

Sukadiyanto. 2010. Stress Dan Cara Menguranginya. 56-63. Diakses pada tanggal 30 Juli 2021 pukul 20.07 melalui https://media.neliti.com/media/publications/82176-none-436d0808.pdf

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamus Kecil ; karya Joko Pinurbo

Balada Terbunuhnya ATMO KARPO - karya WS Rendra